Galam


Cukup lama beliau duduk di kursi depan rumah, sambil menyeruput teh manis, hari sudah menjelang tengah malam. Di dalam rumah cuaca cukup panas, mungkin itulah penyebab guru Imur berada di teras rumah beliau. Beliau lulusan pondok sekolah. Dan beliau sering menjadi narasumber dalam majelis-majelis pembacaan kitab-kitab kuning. dan juga terkenal dengan orang yang sangat berani, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan syirik.  
“kenapa anak muridku banyak yang kesurupan, sudah tujuh kali dalam bulan ini mereka kesurupan massal, apa penyebabnya” kata beliau berbicara sendiri.
Besok hari beliau mengadakan musyawarah kepada orang tua yang anaknya mengalami kesurupan . dalam kesurupan ada yang menyarankan agar sekolah itu diberi penghalat atau kebal dari gangguan-gangguan makhluk gaib, ada yang menyarankan agar siswi yang mengalami kesurupan agar diberi penghalat karena mungkin siswi-siswi itu yang lemah bulu. Kemudian ada seorang dari wali murid yang anaknya mengalami kesurupan berbicara
“semalam saya menyuruh guru-guru agar mengadakan selamatan dan membuat bubur merah dan bubur putih, tetapi kenapa tidak dilakukan, sampai-sampai kejadian itu kembali terjadi” kesal seperti menyalahkan guru-guru yang tidak mendengar saran dari beliau.
Kemudian ada seorang wali murid yang berbicara bahwa dia mendengar kabar penyebab kesurupan massal tersebut karena mereka bermain-main di dekat pohon galam besar dekat gerbang pintu masuk sekolah. Karena memang sudah lama pohon galam besar itu dikabarkan ada penunggunya, tidak ada yang berani bermain-main di bawahnya, jangankan bermain-main, duduk di bawah pohon itu juga tidak ada yang berani. Apalagi menebang pohon galam besar itu. Karena ditakutkan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ada juga yang mengatakan karena siswi-siswi ada yang bermain-main jelangkung, sambil mengoleskan sedikit darah dari telunjuknya yang ditusuk dengan jarum, yang sama saja mengundang makhluk gaib untuk bermain bersama dengan mereka yang melakukannya.
kemudian ada lagi yang menyarankan agar mendatangkan orang pintar, alias paranormal yang dapat mencegah agar kejadian kesurupan itu tidak terulang lagi. Setelah tidak ada lagi yang mengemukakan saran, maka guru Imur mengambil keputusan dari beberapa saran yang telah dikemukakan yakni melakukan selamatan dan mendatangkan orang pintar.
Dua hari setelah pertemuan itu, guru Imur bersama guru-guru agama, anak muridnya dan wali murid yang anaknya mengalami kesurupan mengadakan selamatan dengan membuat bubur merah dan bubur putih, kemudian bubur itu mereka makan bersama.
Keesokan harinya, kejadian itu terjadi kembali, sebanyak dua puluh tiga siswi mengalami kesurupan, ada yang berteriak-berteriak di dalam kelas, ada yang menangis-nangis di depan pagar sekolah, ada yang menari-narik rambutnya sendiri sambil berteriak-teriak, ada juga yang hanya diam dengan mata menatap tajam ke atas. Guru-guru pun langsung mengumpulkan siswi-siswi yang mengalami kesurupan ke dalam langgar untuk ditenangkan dengan membacakan surat-surat suci al-quran, dan mendatangkan guru salim, guru agama yang bisa melakukan ruqyah, kemudian siswi yang sudah tenang langsung dipulangkan kerumahnya.
Setelah semua siswi tenang dan dipulangkan kerumahnya masing-masing, guru Imur berbincang-bincang kepada guru Iyud mengenai penyebab kesurupan masal tersebut. Guru Iyud mengatakan bahwa di pohon galam besar dekat pintu gerbang sekolah tersebut ada penunggunya. Namun setelah guru Imur menanyakan hal itu, Guru Iyud mendapat telepon dari saudaranya yang memintanya agar cepat-cepat pulang ke rumah karena ada keluarga yang meninggal. Tak sempat menanyakan bagaimana mengatasi masalah yang telah berhari-hari meresahkan orang banyak tersebut, guru Iyud langsung turun dari kantor sekolah dan menuju ke tempat keluarga yang meninggal.
Pada malam harinya, guru Imur datang ke pondok sekolah tersebut dengan membawa kapak besar, sampai di depan pohon galam besar itu, bulu kuduk guru Imur langsung berdiri, hawa dingin menyerbak, namun dalam hati guru Imur yakin bahwa tidak ada yang harus ia takuti selain Allah, dengan keyakinan penuh guru Imur mulai menebang pohon galam besar sambil membaca surat-surat suci al-quran, sedikit demi sedikit guru Imur menebang, sampai setengah pohon galam ditebang, guru Imur mendengar suara teriakan-teriakan aneh “rumahku, rumahku, jangan ditebang rumahku, anakku banyak didalam”, setelah mendengar suara itu, penglihatan guru Imur terasa kabur kemudian guru Imur terjatuh. Malam semakin sunyi.
Besok harinya saat siswa-siswi masuk sekolah, seorang siswa yang datang pagi terkejut melihat pohon galam yang sudah terlihat bolong di salah satu bidang pohon itu, alangkah terkejutnya santri itu melihat seseorang ada di dalam parit dengan keadaan terpelungkup, dan disampingnya tergeletak sebuah kapak besar. Kemudian siswa itu langsung memberi kabar kepada teman-temannya yang baru datang dan guru yang sudah datang, kemudian seorang guru mengangkat tubuh itu dan membalikkan tubuh itu, alangkah terkejutnya para siswa melihat tubuh itu adalah guru Imur, para siswa langsung turun ke parit membantu menaikkan badan guru Imur untuk dibawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit, guru Imur bermimpi bertemu dengan seorang wanita berpakaian serba putih, wanita itu mengatakan “niat bapak memang baik, tapi cara bapak kurang baik, disana itu adalah rumah kami, anak saya banyak disana, mungkin anak-anak bapak ada yang mengajak mereka ikut bermain, mungkin juga menyebabkan semua ini terjadi karena anak-anak kami yang nakal mengganggu anak-anak bapak, karena dalam rumah kami ada anak yang baik ada juga anak yang nakal, kami minta maaf kalaunya anak kami telah mengganggu anak-anak  bapak, kalau bapak ingin masalah ini selesai, selesaikan dengan baik-baik, besok silahkan bapak bikin bubur merah dan bubur putih sebagai lambang kesepakatan bahwa kita semua telah berdamai, dan tidak akan saling mengganggu”. Satu jam setelah guru Imur bermimpi, guru imur mulai sadar dan melihat siswa-siswinya banyak berada disampingnya bersama guru-guru lain.
Keesokan harinya, guru Imur bersama guru-guru dan siswa-siswinya mengadakan acara selamatan dengan membuat bubur merah dan bubur putih.
Satu minggu setelah acara selamatan, tidak ada lagi kejadian kesurupan massal. Pada siang harinya, guru Iyud datang menemui guru Imur untuk bersilaturahmi, kemudian dia berbincang-bincang bersama guru imur. Ditengah-tengah perbincangan, guru Imur bertanya kepada guru Iyud mengapa setelah acara selamatan satu minggu yang lalu, alhamdulillah tidak pernah terjadi kesurupan massal lagi. Padahal sebelumnya kami pernah mengadakan selamatan, tapi dua hari kemudian kejadian itu terulang. Kemudian guru Iyud menjawab, mungkin mereka kesal karena selamatan yang pertama itu dilakukan tidak setelah kejadian itu terjadi, manusia itu beida-beda, begitu juga makhluk gaib, ada yang sifatnya cepat kesal apabila terlambat membujuknya. Sedangkan selamatan yang kedua dilakukan setelah guru imur sendiri yang diberi saran oleh mereka sebagai tanda kesepakatan antara kedua belah pihak”. Setelah mendengar penjelasan itu, guru Imur langsung terdiam.

Banjarmasin, April 2012

Komentar

Postingan Populer